Desa Trunyan terletak di kabupaten Bangli, tepatnya di sisi timur Danau Batur , kecamatan Kintamani. Desa ini terkenal karena mempunyai tradisi pemakaman yang unik. Pada umumnya orang Bali yang meninggal akan di kremasi yang disebut dengan upacara Ngaben , tetapi tidak di Trunyan. Jenazah hanya akan diletakkan begitu saja di atas tanah! Saya penasaran...ingin melihat secara langsung.
Maka pagi ini saya berangkat dari Denpasar seorang diri ke Kintamani dengan sepeda motor . Dua setengah jam saya menyusuri jalanan dengan mengambil rute Denpasar - Ubud - Kintamani. Cukup jauh memang, tapi saya senang karena pemandangan di Bali tidak pernah membosankan, apalagi pas lewat di Ubud.
Dermaga di desa Kedisan |
Untuk menuju ke kuburan desa Trunyan bisa menggunakan perahu dari dermaga di Desa Kedisan. Penyewaan perahu ini sudah di kelola oleh desa adat dengan tarif yang sudah ditentukan antara 400 - 500 ribu, jadi ga perlu takut untuk dipalak seperti beberapa tahun lalu. Satu perahu bisa diisi sampai tujuh orang. Terus kalau datang sendiri gimana dong? Berdoa saja biar ketemu rombongan lain dan sharing cost :D
Saya beruntung karena saya bertemu dengan rombongan dari DPRD Yogyakarta yang lagi plesir ke Bali, mereka ada 7 orang. Salah satu tukang perahu di sana nawarin saya untuk bergabung dengan mereka. Saya hanya perlu membayar 50 rb...ok lah daripada harus nyewa perahu sendiri :)
Perlu sekitar 15 menit untuk sampai di kuburan Trunyan. O ya, kuburan yang di jadikan tempat wisata ini letaknya terpisah dari desa Trunyan. Begitu turun dari perahu kami di sambut dengan papan selamat datang " Wellcome to kuburan Terunyan". Hihihi...ngeri ya?
Sebelum memasuki area makam kita harus membayar 10 rb/ orang.
Menurut bapak Guide, tidak semua orang Trunyan bisa dimakamkan di sana, hanya orang yang sudah berkeluarga dan meninggal secara wajar saja yang boleh , sedangkan orang yang meninggal karena kecelakaan, bunuh diri, atau sebab- sebab lainnya akan dimakamkan di tempat lain.
Dan memang benar kalau jenazah hanya di letakkan di atas tanah dan hanya ditutupi dengan semacam pagar yang terbuat dari bambu, jadi jenazah akan terlihat jelas. Saya melihat salah satu makam yang berisi jenazah seorang perempuan yang mengenakan kain dan kebaya, masih terlihat utuh meskipun sudah diletakkan disana 3 bulan yang lalu. Jumlah makam disini ada sebelas dan tidak boleh lebih. Jadi kalau ada yang meninggal dan akan diletakkan disana maka tulang belulang dari makam yang lama akan dipindahkan. Meskipun jenazah hanya di letakkan diatas tanah tapi di tempat ini tidak tercium bau busuk atau anyir di karenakan bau- bauan tersebut di netralisir oleh pohon " Taru Menyan " yang sudah berusia ratusan tahun.
Jadi kalau kamu cukup berani , coba deh datang kesini....
Bali ngga melulu yang indah -indah kan ? :)
No comments:
Post a Comment
Thanks for visiting my blog :)