Tuesday, July 30, 2013

Dieng...Negeri di Awan - Part 3

Menginap di desa tertinggi di pulau Jawa ternyata membuat saya sukses menggigil kedinginan  sepanjang malam, meskipun sudah memakai  kaus kaki, jaket, selimut tebal plus bed cover, tetap saja udara dingin masih terasa. Jadi pagi ini saya bisa bangun dengan mudah karena memang tidur saya tidak nyenyak. Kami bersiap untuk melihat sunrise di bukit Sikunir.
Saya membayangkan akan meyaksikan salah satu sunrise terindah seperti yang pernah saya lihat di foto. Karena kami menginap di desa Sembungan maka kami hanya perlu 10 menit untuk menuju tempat parkir sebelum mendaki ke Sikunir. Dari tempat parkir di perlukan sekitar 30 menit untuk sampai ke puncak. Treknya tidak sulit, hanya perlu sedikit perjuangan untuk mendaki. Ada dua view point untuk menyaksikan sunrise, view point atas dan view point bawah. Kami langsung menuju view point atas dengan menerobos semak-semak yang basah karena hujan tadi malam.


Ternyata view point atas tertutup kabut yang cukup tebal, tapi saya masih berharap kabut akan segera hilang dan matahari akan muncul dari balik gunung. Cuaca memang tidak bisa di tebak, gerimis datang menambah tipisnya  harapan untuk melihat sunrise. Jam 7 pagi kabut masih belum hilang, ah...matahari pasti sudah terbit dan hari ini saya belum bisa menyaksikan keindahannya dari bukit Sikunir :(. Kami pun memutuskan untuk turun, singgah sejenak di view point bawah. Dibandingkan dengan view point atas, saya lebih menyukai tempat ini, terasa " lebih hidup " dengan adanya pepohonan ,berbeda dengan view point atas yang nampak gundul, hanya tersisa satu pohon kecil yang tinggal rantingnya doang...

 Disini pemandangan cukup indah, cukuplah mengobati kekecewaan karena gagal melihat sunrise. Setelah puas berfoto kamipun turun menuju telaga Cebong. Saat turun saya mendengar suara musik yang semakin lama semakin jelas, seperti perpaduan dari beberapa alat musik tradisional. Ternyata di bawah sana ada sekelompok seniman yang sedang memainkan kesenian thek-thek yang merupakan perpaduan dari calung, seruling , kecrek dan tambur. Dengan pakaian ngejreng mereka bernyanyi dan berjoget. Wah kayaknya asik juga, sayapun ikut berjoget bersama mereka...lumayan untuk mengurangi rasa dingin hehehe...tarrriikkk mang.... :d


Maksud hati ingin terus berjoget, tapi kami harus meneruskan perjalanan, maka kamipun turun ke telaga Cebong, ngopi, makan beberapa gorengan dan tak lupa mencicipi sup buah carica ..hhmm terasa nikmat di tengah udara dingin. Carica adalah buah yang bentuknya mirip dengan pepaya tapi berukuran lebih kecil, sering juga di sebut pepaya gunung. Tumbuhan ini hanya bisa tumbuh di dataran tinggi, dan konon hanya bisa di temui di dataran tinggi Dieng dan dataran tinggi di Brazil. Di Dieng buah ini di olah menjadi manisan, sirup dan selai.


Jam 11 pagi kami meninggalkan desa Sembungan menuju Dieng Plateau Theater.
Dieng Plateau Theater yang lebih sering disingkat DPT adalah teater mini berkapasitas 100 orang. Disini kita bisa menyaksikan film dokumenter tentang Dataran Tinggi Dieng dengan durasi sekitar 23 menit. Dari gedung DPT kami menyusuri jalan setapak melewati para penjual makanan dan minuman menuju ke view point untuk melihat  telaga Warna dan telaga Pengilon dari ketinggian. Dari tempat ini kita bisa melihat keduanya dengan jelas. Dua telaga yang berdampingan yang di kelilingi pohon- pohon rimbun dengan latar belakang bukit- bukit hijau, indah memanjakan mata.



Ternyata dari kawasan DPT kita bisa langsung menuju ke telaga Warna melalui jalan setapak di belakang gedung.Tidak sampai 10 menit kamipun tiba di telaga Warna. Di namai telaga Warna karena sering memunculkan nuansa warna merah, hijau, biru, putih, dan lembayung ( dari Wikipedia ). Disini saya juga sempat mencoba Flying Fox. Asik juga bergelantungan meluncur di atas danau. Tapi pas saya meluncur, entah kenapa kok saya jadi menghadap ke belakang ya? :t ...ah gak keren..pasti ada yang salah. Sayapun mencoba sekali lagi dan kali ini saya bisa meluncur dengan sukses dan menghadap ke depan!


Dari telaga Warna kami melanjutkan perjalanan ke kawah Sikidang. Sebenarnya banyak kawah lainnya di kawasan Dieng yaitu, Kawah Candradimuka, Kawah Sibanteng, Kawah Siglagah, Kawah Sikendang, Kawah Sileri, Kawah Sinila dan Kawah Timbang. Tapi dari sekian banyak kawah,Sikidang lah yang paling menarik dan aman untuk di kunjungi.
Bau khas belerang segera tercium begitu kita memasuki kawasan ini. Saya memilih melihat kawah dari kejauhan, cuaca yang panas membuat saya enggan untuk berjalan menuju kawah. Cukuplah saya berfoto di atas kuda dengan latar belakang kawah Sikidang :)


Sekitar jam 2 kami meninggalkan kawah Sikidang, singgah di Simpang Dieng untuk mengisi perut yang sudah mulai bernyanyi. Sepiring nasi goreng jamur dan  teh manis hangat menjadi menu makan siang saya :)
Selesai makan kamipun meluncur kembali ke Wonosobo. Sekali lagi saya di suguhi pemandangan indah. Dalam perjalanan pulang kami singgah di pemandian air panas Kalianget. Di pemandian ini terdapat beberapa kamar mandi yang disewakan per 15 menit  dengan bath tub besar dan pancuran air di dalamnya. Nikmat sekali rasanya berendam dalam air hangat setelah perjalanan yang cukup melelahkan. Rasanya masih ingin berendam lebih lama tetapi kami harus bergegas kembali ke Wonosobo karena travel ke Yogyakarta akan berangkat jam 5 sore.
Kami pun berpisah di Wonosobo, saya akan kembali ke Yogyakarta sebelum melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya. Bye Dieng...hope can see you again...


Note:
  •  Selama di Dieng kami sharing cost, sekitar 300 rb an/orang untuk semua biaya.
  • Untuk koleksi foto Dieng silahkan berkunjung ke https://www.facebook.com/siti.munawaroh.545/media_set?set=a.10200291136990837.2192545.1526066208&type=3


Saturday, July 27, 2013

Dieng...Negeri di Awan - Part 2

Sejuknya udara Wonosobo membuat saya bersemangat menggendong Backpack yang lumayan berat, menyusuri jalan menuju ke alun - alun. Disana saya akan bertemu dengan seorang teman yang baru datang dari Bandung tadi malam. Hari ini kami akan menuju ke Dieng dengan menggunakan sepeda motor. Cukup lama kami menunggu Mas Mogel dan seorang teman lain yang asli Wonosobo. Ternyata salah satu motor yang akan kami gunakan harus masuk bengkel karena bannya bocor. Sambil menunggu kami bisa menikmati pemandangan alun- alun Wonosobo, yang terlihat seperti alun-alun pada umumnya, lapangan luas , beberapa pedagang dan anak - anak kecil yang terlihat gembira dengan sepedanya. Sekitar jam 11 pagi ( atau siang ya :) ) kami berangkat menuju Dieng.

O ya, saya mau cerita sedikit kenapa saya memasukkan Dieng ke dalam daftar traveling saya.
Sebelum bergabung dengan salah satu grup backpacker di dunia maya, pengetahuan saya tentang tempat - tempat indah di Indonesia masih sangat  minim, masih terbatas pada daerah tujuan wisata yang sudah terkenal. Dari grup inilah saya banyak mendapat informasi bahwa begitu banyak tempat - tempat eksotik di Indonesia yang salah satunya adalah Dieng. Maka mulailah saya googling mencari informasi tentang Dieng dan hasilnya saya bertekad kalau saya harus kesana, merasakan sensasi dataran tertinggi berpenghuni kedua di  dunia setelah Tibet!

Back to the story...
Dalam perjalanan menuju Dieng, kami singgah di Telaga Menjer yang terletak di desa Maron, sekitar 12 km dari kota Wonosobo. Danau yang dimanfaatkan sebagai PLTA ini memiliki pemandangan yang cukup indah. Sayangnya saat kami kesana cuaca kurang bersahabat sehingga kami tidak terlalu lama menghabiskan waktu disana, tapi kami masih sempat berkeliling danau menggunakan perahu yang disewakan.


Dari telaga Menjer kami melanjutkan perjalanan menuju Dieng. Sepanjang perjalanan saya disuguhi hamparan kebun teh dan perkebunan sayur mayur penduduk yang membuat mata jadi seger, apalagi di tambah udara dingin dan hujan yang mulai turun. Klop sudah :)
Gerimis sudah mulai berhenti ketika kami sampai di gardu pandang Tieng. Dari sini kita bisa menyaksikan kemegahan gunung Sindoro dari kejauhan. Tapi pada saat kami sampai disana gunung Sindoro masih terhalang kabut yang mulai turun. Kami beristirahat dan makan siang di satu- satunya warung makan di gardu pandang yang di design cukup unik, sehingga kita bisa langsung melihat ke arah gunung Sindoro. Ada yang spesial dari warung ini....yaitu mereka menyediakan selimut tebal yang boleh di pakai...hehehe...jadi pengen tidur bergulung selimut nih :r....hush...tidurnya nanti saja, sekarang waktunya makan...........
Ternyata makanan di sini lumayan enak. Saya mencoba opor enthog plus sambel gosrek lombok ijo...mantappp, sayapun langsung jatuh cinta sama si sambal ijo dan tanpa ragu saya memasukkan secentong nasi lagi ke piring yang sudah kosong. ....doyan apa laper tuh :D. Untuk yang belum tau, enthok itu masih sekeluarga sama bebek, ya mirip - mirip gitu deh. Saya juga mencoba kentang goreng ala Dieng yang ternyata berbeda dengan kentang goreng yang biasa saya makan. Disini kentang gorengnya di buat dari kentang segar yang langsung di iris dan di goreng. Meskipun tidak renyah tapi tetep enak. Di warung ini juga menyediakan " Purwaceng "minuman khas Dieng yang tersohor  karena konon berkhasiat sebagai viagra tradisional penambah stamina....anda mau coba? Silahkan datang ke Dieng :)


Kami beruntung karena tidak begitu lama cuaca cerah kembali dan nampaklah keanggunan gunung Sindoro. Kami tidak menyia-nyiakan kesempatan  itu, segera mengambil kamera dan beberapa foto cantikpun terekam di kamera.....benar-benar beruntung karena setelah itu kabut turun kembali dan pelan-pelan Gunung Sindoro mulai menghilang dari pandangan.


Makan sudah...ngopi sudah...ngemil sudah...yuk lanjut lagi....
Udara semakin dingin menjelang sore, kamipun melanjutkan perjalanan ke Dieng. Sepanjang jalan saya terkagum-kagum dengan pemandangan sekitar. Jalan berkelok - kelok , bukit -bukit hijau yang di dominasi tanaman kentang , rumah-rumah yang nampak kecil di lereng bukit... keindahan yang sulit di lukiskan dengan kata-kata, sampai saya harus meminta Mas Mogel untuk berhenti beberapa kali untuk memotret. FYI Dieng adalah salah satu daerah penghasil kentang terbaik di Indonesia. Di sini banyak petani kaya dari hasil menanam kentang.


Sekitar jam 4 sore kami tiba di Simpang Dieng, berhenti sebentar untuk membeli beberapa snack dan air minum. Saya lihat cukup banyak terdapat homestay di sekitar sini dan dari penampakannya saya yakin harganya juga tidak terlalu mahal. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke Dieng akan menginap di daerah ini karena relatif dekat dengan obyek wisata utama.


Kami melanjutkan perjalanan menuju komplek candi Arjuna. Di sini terdapat lima candi yaitu Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi dan Candi Puntadewa . Komplek candi cukup tertata rapi dan di kelilingi lahan pertanian kentang, sayuran dan bunga-bungaan. Sebagai atraksi tambahan  kita bisa berfoto dengan karakter teletubbies dan tokoh raksasa dalam pewayangan. Cukup merogoh kocek 5 ribu rupiah untuk beberapa jepretan dengan kamera sendiri. 

\

Satu jam berada di tempat ini rasanya sudah cukup maka kami melanjutkan perjalanan menuju desa Sembungan yang merupakan desa terakhir yang kita jumpai sebelum trekking ke bukit Sikunir. Cuaca di daerah pegunungan memang sulit di tebak, sebentar panas, sebentar hujan dan kami cukup tidak beruntung karena hujan kembali turun sehingga kami basah kuyup ketika sampai di homestay.
Ternyata homestay kami terletak paling ujung dengan view yang cantik menghadap langsung ke telaga Cebong :)


Hujan tidak juga berhenti sampai malam jadi kami hanya berdiam diri di homestay sambil menghangatkan badan di depan anglo ( tungku perapian yang terbuat dari tanah liat dan di isi arang ). Selain untuk menghangatkan badan ternyata anglo mempunyai fungsi ganda malam itu...yaitu untuk mengeringkan kaos kaki dan sepatu yang basah terkena hujan tadi sore :)
Suhu udara di Dieng tergolong dingin berkisar antara 10 - 20 derajat celsius dan akan bertambah dingin di musim kemarau, bahkan pernah sampai minus 5 derajat celsius. bbbrrrrr.....kayak di dalam kulkas. Terus terang saya tidak berani menyentuh air dingin selama disana, untuk cuci muka pun saya harus merebus air dulu karena homestay kami tidak di lengkapi dengan water heater, jadi mandinya di tunda sampai besok saja :)
Sebelum tidur tidak lupa saya bersyukur karena malam ini saya diberi kesempatan untuk tidur di desa tertinggi di pulau Jawa :)
Bersambung......



Thursday, July 25, 2013

Dieng...Negeri di Awan - Part 1

Menjelang pagi hari, mobil travel yang membawa saya dari Malang mulai memasuki wilayah Yogyakarta. Saya minta Pak Sopir untuk menurunkan saya di depan Malioboro Mall, di sana saya akan di jemput oleh teman yang tinggal di Yogya.
Ini bukan pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Yogya. Setahun yang lalu saya pernah solo traveling ke sini selama 4 hari, dan  hari ini saya hanya transit sebelum melanjutkan perjalanan ke Wonosobo. Sepuluh menit kemudian teman saya (Joko namanya ) datang membawa sepeda motor,... senangnya bertemu teman lama :)
Dengan di antar Joko saya mencari penginapan untuk menginap tiga hari lagi, karena dari Wonosobo saya akan kembali ke Yogya dan kemungkinan sampai di Yogya malam hari. Daripada nanti repot maka saya berinisiatif untuk memesan penginapan terlebih dahulu. Duhhh.. ternyata ngga segampang yang saya bayangkan mencari penginapan yang sesuai dengan budget. Kebanyakan penginapan yang saya datangi sudah full dan mereka tidak menerima booking untuk tiga hari kedepan dengan alasan musim liburan, first come first serve. Satu persatu penginapan di Jl. Sosrokusuman, Jl. Dagen, dan Jl. Sosrowijayan kami masuki dan rata-rata mereka mengatakan hal yang sama. Setelah hampir putus asa akhirnya saya menemukan losmen kecil di daerah Sosrowijayan dengan harga 150 ribu permalam. Harga yang menurut saya terlalu mahal untuk sebuah kamar kecil dengan kipas angin dan tanpa tv. Lagi-lagi pemilik penginapan beralasan karena saat itu musim liburan jadi harga penginapan pada naik...Ya sudahlah..daripada nanti saya terlantar saya booking saja kamar tersebut. FYI ketiga jalan yang saya sebutkan di atas adalah wilayah yang sering dituju para backpacker atau wisatawan  karena selain  tempatnya yang strategis yaitu di sekitar Malioboro, di sana juga terdapat banyak penginapan murah. Urusan penginapan selesai,selanjutnya kami berkeliling sekitar Malioboro  dan Alun alun kidul, makan, dan istirahat di tempat Joko.


Jam 1 siang saya di antar Joko ke terminal Giwangan yang ternyata cukup jauh dari tempat tinggalnya, sekitar 30 menitan. Saya segera mencari agen travel jurusan Wonosobo dan membayar tiket yang sudah saya pesan lewat telepon sebelum saya datang ke teminal seharga 40 rb. Jam 2.30 siang saya sudah meluncur menuju Wonosobo dengan mobil ELF yang terlihat masih baru .
Seperti biasa saya selalu excited ketika melewati tempat-tempat yang belum pernah saya lewati. Maka  perjalanan sore itu saya habiskan dengan menikmati pemandangan di sepanjang jalan yang terlihat biasa-biasa saja.
Jalur Yogyakarta - Wonosobo yang saya lewati tidak terlalu ramai bahkan infrastruktur jalan di beberapa wilayah kurang memadai, jalan yang sempit dan tidak rata sering membuat mobil berguncang dan cukup membuat badan jadi pegel.
Sekitar jam 6.30 sore saya sampai di Wonosobo dengan disambut udara sore yang sejuk setelah di guyur hujan.
Turun dari mobil travel saya celingukan mencari teman yang katanya akan menjemput. Hei..... itu dia Mas Mogel....saya melihat seseorang yang wajahnya sudah saya hafalkan sebelumnya. Hehehee...saya kenal teman saya ini lewat salah satu grup backpacker di dunia maya. Rasanya cukup aneh dengan pertemuan seperti itu....selama ini kita hanya berkomunikasi lewat social media dan  ternyata bisa bertatap muka langsung dengan orangnya. Dan beliau inilah yang akan menemani selama perjalanan menyusuri sudut-sudut indah dataran tinggi Dieng.


Secangkir coklat hangat dan tempe kemul adalah makanan dan minuman pertama yang saya nikmati di kota Wonosobo di sebuah cafe kecil yang saya lupa namanya. Tempe kemul adalah makanan khas Wonosobo, snack yang biasa di santap setiap waktu, pagi, siang, sore sampai malam. Kemul berarti selimut, jadi tempe kemul adalah tempe yang berselimut tepung lalu di goreng. Enak di nikmati saat masih hangat , sangat cocok dengan udara Wonosobo yang dingin. Malam itu saya menginap di sebuah hotel kecil yang terletak di dekat pasar Wonosobo dengan tarif 50 rb semalam. Ngga perlu lah saya ceritakan kamar seharga 50 rb ini , yang jelas pepatah " ada harga ada rupa" sangat cocok dengan kondisi kamar. Tapi cukuplah bagi saya untuk beristirahat malam itu sebelum melanjutkan perjalanan ke Dieng keesokan harinya. Saya pun terlelap dalam balutan dinginnya udara Wonosobo...
Bersambung....

Wednesday, July 24, 2013

Terlantar di Malang

Trip Bromo yang saya ikuti berakhir jam 1 siang. Sesuai dengan rencana,saya akan melanjutkan perjalanan ke Dieng dengan rute Malang - Yogya - Wonosobo - Dieng. Saya pun segera mencari tiket  di salah satu travel yang terletak di dekat stasiun Kota Baru Malang. Ternyata untuk tujuan Yogyakarta hanya tersedia untuk jam 10 malam seharga 95 ribu. Saya memilih menggunakan travel dengan pertimbangan lebih nyaman di banding dengan bus dan harganya juga tidak jauh beda. 
Masih ada 8 jam sebelum berangkat, meski cuaca mendung  saya putuskan untuk berjalan - jalan di sekitar alun- alun kota. Setelah menitipkan backpack di kantor travel, saya pun menunggu angkot jurusan ke alun- alun di depan stasiun.
Tapi baru beberapa menit berjalan, tiba- tiba hujan turun deressss banget...hhyyaaaa....ga asik ....terpaksa saya nyari tempat berteduh yang terdekat, biar aman saya lari ke dalam stasiun daripada harus berteduh di emparan toko. Dua jam berlalu, hujan belum juga reda....arrrggggg...sampai saya mati gaya nungguin hujan reda. Dari tadi duduk , berdiri, mondar-mandir, ngecharge hp, rebahan di kursi ruang tunggu yang keras, masih juga belum reda...mana perut sudah mulai keroncongan. Eh ternyata di depan pintu masuk stasiun ada penjual bakpao, warnanya ungu lagi...hehehe..warna kesukaan saya. 2 buah bakpao hangat segera berpindah ke dalam perut...hhmm lumayan, tapi kok masih lapar ya? Ya sudahlah, saya ikhlaskan seplastik cilok menemani bakpao di dalam perut saya :).
Kalian tau apa itu cilok? Cilok adalah bakso  kecil -kecil yang dimakan dengan saos tomat, kecap atau saus kacang plus sambal. Ada juga cilok yang terbuat dari tahu dan pangsit. Lebih jelasnya cilok itu sama dengan bakso tapi ngga pake kuah.


Setelah 3 jam menunggu akhirnya hujan reda juga...meski masih gerimis saya pergi juga ke alun-alun. Saya masih ingat betul dengan tempat ini..beberapa tahun lalu saya selalu datang kesini setiap awal bulan setelah mendapat kiriman uang dari ortu. Biasanya kami akan berbelanja beberapa barang di supermarket di sekitar alun- alun kemudian kami akan duduk- duduk di sini sekedar makan bakso atau jagung bakar....aahhhh....jadi ingat masa kuliah dulu....
Saya jadi teringat teman-teman saya . Bagaimana kabar mereka sekarang? Hanya sedikit yang bisa saya temukan di Facebook, yang lainnya entah kemana...
Ditengah gerimis saya berjalan menyusuri jalan-jalan di sekitar alun- alun, sekedar ingin mengingat-ingat masa lalu, tempat itu...jalan-jalan itu...pernah ada dan memberi warna dalam perjalanan hidup saya.

Jam 8.30 saya kembali ke kantor travel, saya mau menunggu di sana saja. Gerimis yang tak kunjung berhenti membuat saya merasa tidak nyaman berkeliaran malam- malam di luar.
Jam 10 malam mobil travel belum datang juga, 15 menit...30 menit....45 menit...belum datang juga. Saya tanya ke mbak staf travel, dia bilang masih dalam perjalanan, masih menjemput penumpang yang lain, haiz...saya mulai bete,saya ngantuk, capek, pengen cepet-cepet masuk mobil trus molor! Jam 11 lebih akhirnya nongol juga yang di tunggu dan kamipun berangkat.
Tapi penderitaan belum berakhir....cita - cita saya untuk tidur manis dalam perjalanan malam itu terpaksa harus kandas. Do you know why?...
Bapak yang duduk dibangku belakang terus batuk-batuk dari Malang sampai ke Yogya...arrrgggg mana saya lupa bawa headset :v

Tuesday, July 23, 2013

Finally .........BROMO - Part 2

Saya terbangun oleh suara alarm dari handphone yang sengaja saya letakkan di sebelah kuping. Jam 2.00 pagi...males banget mau bangun, udara dingin seakan memaksa saya untuk terus meringkuk dibalik selimut. Bagi saya yang terbiasa hidup di Denpasar, cuaca dingin kota Malang memang sedikit menyiksa. Masih setengah merem saya bergegas cuci muka ala kadarnya dan segera bersiap-siap. Rasanya otak sudah sadar sepenuhnya setelah muka di guyur air dingin....sayapun segera bergabung dengan peserta trip lain yang sudah berkumpul didepan homestay. Ya...pagi ini kami akan menuju Bromo...:). Setelah menunggu beberapa saat, 5 hardtop yang akan membawa kamipun  datang, ...tapi kok modelnya beda dengan apa yang saya bayangkan? yang ini bagian belakangnya terbuka dan tanpa tempat duduk! Kebayang dong gimana rasanya naik mobil kayak gini di tengah dinginnya udara Bromo saat dini hari...bbbrrrr pasti super duper dingin. Ah saya mah ogah.....,jadi saya nyelonong aja nyari VIP seat...maksudnya saya mau duduk disamping pak kusir..eh salah.... pak supir yang sedang bekerja, hehehe....lumayan daripada harus berdiri berdesakan di belakang.

Di dalam kegelapan, iring-iringan hardtop mulai bergerak menuju Pananjakan, pelan tapi pasti...
Karena saya duduk di depan,saya bisa melihat jalan sempit yang berkelok- kelok yang akan kami lalui. Beberapa kali saya harus menahan nafas saat hardtop harus berjuang melewati tanjakan terjal dengan suara yang menderu memecah keheningan malam.Setelah satu jam lebih terguncang-guncang di dalam hardtop akhirnya kami sampai di tempat datar yang luas..meski masih gelap saya bisa memastikan bahwa kami sudah sampai di lautan pasir. Selanjutnya para sopir hardtop mulai beraksi bak seorang pembalap profesional....tancap gas sekenceng- kencengnya...seru banget serasa ikut rally Paris-Dakkar dengan di terangi bintang bintang dan berselimutkan dinginnya udara Bromo ( lebay mode : on )

Sampai di Pananjakan hari masih gelap tetapi sudah banyak orang di sana, masing- masing sibuk berfoto dan mencari spot terbaik untuk memotret sunrise, termasuk saya.
Pelan-pelan hari mulai terang...dan...taaadaaa.....nampaklah deretan gunung yang seperti mengambang di atas awan...sungguh indah. Tapi kok mataharinya ngga muncul-muncul ya? Ternyata cuaca agak mendung, hanya ada sedikit semburat merah di langit sebelah timur. Meskipun bukan sunrise yang sempurna tapi tetap nampak indah.Rasanya saya ingin berlama-lama di tempat ini untuk menikmati ciptaan Tuhan yang luar biasa indah.






Hari beranjak siang, kamipun melanjutkan perjalanan menuju Kawah Bromo. Untuk menuju ke kawah, dari tempat parkir kita harus berjalan cukup jauh melewati medan berpasir. Bagi yang ngga mau capek bisa menyewa kuda dan diantar sampai ke tangga yang menuju ke kawah.
Saya sih jalan kaki saja...masih pagi harus semangat! ( padahal alasan sebenarnya biar irit hehehe...)
O ya, saya sarankan pas menuju ke kawah sebaiknya memakai sepatu yang tertutup, jangan memakai sepatu yang atasnya terbuka apalagi sendal..Why? Karena eh karena.....jalan yang kita lewati sama dengan jalan yang dilewati kuda! Tau sendiri kan kalo kuda biasa buang hajat sembarangan ....
Untung waktu itu saya memakai sepatu trekking....aman deh...


Lumayan jauh juga jarak dari tempat parkir menuju ke kawah. Mula-mula jalan datar, kemudian mulai menanjak dan akhirnya benar-benar menanjak. Setelah beberapa kali berhenti untuk istirahat, dengan nafas ngos-ngosan akhirnya saya sampai di kawah Bromo...woww...the view is amazing!
Nampak kawah yang masih aktif mengeluarkan asap di bawah sana,deretan gunung-gunung di kejauhan, gunung batok yang seperti melayang di atas awan, Pura Luhur Poten yang terlihat sangat
indah di tengah lautan pasir, sungguh pemandangan yang membuat saya speechless....benar-benar indah...

Saat mau turun dari kawah, crew dari trip organizer membuat jalur meluncur di pasir ala film 5 cm dan mengajak peserta untuk lewat jalur tersebut...hiii.....saya ngga berani karena saya sedikit parno sama ketinggian. Melihat jalurnya yang lumayan curam saya memilih balik arah dan turun melalui tangga. Lagian kan saya bawa backpack yang lumayan berat, trus bawa kamera gede, kan susah jalannya ( hehehe...alasan yang dibuat-buat padahal sebenarnya memang ngga berani ).



Selanjutnya kami meneruskan perjalanan mengarungi lautan pasir. di sini kami hanya berfoto kemudian langsung menuju bukit teletubbies. Entah siapa yang memberi nama tempat ini dengan nama bukit teletubbies. Saya jadi pengen tau sebelum film teletubbies nongol, apa ya nama tempat ini? Ada yang tau?
Kalau di perhatikan memang gundukan bukit-bukit itu mirip dengan setting film teletubbis. Pemandangan di sini cukup indah...padang savanah yang luas yang di kelilingi tebing-tebing tinggi yang cantik, hampir sama dengan pemandangan di salah satu negara Eropa yang pernah saya lihat di televisi. Jadi untuk teman-teman yang pengen ke Eropa tapi belum kesampaian seperti saya, datang saja ke tempat ini...di jamin bakal tersepona...:)

Setelah puas berfoto dengan berbagai gaya dari gaya ala turis jepang sampai gaya levitasi berjamaah, kami kembali menuju homestay melalui jalan yang sama dengan jalan yang kami lalui dini hari tadi.
O ya...mulai dari kawah bromo tadi, saya sudah tidak mau lagi duduk di sebelah pak supir, bukan karena berantem lho...tapi karena saya menemukan spot lain yang lebih oke...tebak dimana?  Saya memilih untuk bergabung dengan crew yang duduk di atas hardtop...Dari sana saya bisa melihat pemandangan dan memotret dengan lebih leluasa. 

Ternyata jalan yang kami lewati dini hari tadi memang sempit dan terjal di beberapa bagian, yang memaksa saya harus beberapa kali ganti posisi duduk ( hehehe ...siapa suruh duduk di atas? ), tapi di siang hari jalur ini nampak sangat indah. Hamparan savanah luas, tebing, jurang, pohon-pohon tinggi,kebun apel, kebun sayuran silih berganti memanjakan mata. Saya sangat menikmati perjalanan ini, berharap hardtop akan berjalan pelan supaya saya bisa menikmati pemandangan indah ini lebih lama.


Jam 11 lebih kami tiba di homestay dan ternyata makanan sudah menunggu, tanpa ba bi bu lagi kami langsung menyerbu meja makan... ( maklum tadi pagi belum sempat sarapan ).

Ah...akhirnya trip Bromo harus berakhir, sekitar jam 1 siang kami di antar ke Stasiun Kota Baru untuk menuju kota masing-masing,tapi saya berharap suatu hari nanti saya bisa kembali lagi ke Bromo, semoga.....

Sedikit info :
.

Sunday, July 21, 2013

Finally..........BROMO - Part 1

Horeee.....akhirnya hari yang di tunggu tiba ...yup... saya akan ke Bromo.
Bromo adalah tempat yang ingin sekali saya kunjungi. Selama ini saya hanya bisa melihat keindahan Bromo melalui layar televisi atau dari foto teman - teman yang sudah pernah ke sana..
Sore itu sekitar jam 5 saya menuju terminal Ubung di antar oleh teman. Cuaca Denpasar cukup cerah atau lebih tepatnya panas....dan saya berharap itu adalah awal yang baik untuk memulai perjalanan  mengingat waktu itu bulan Desember yang biasanya rawan hujan.
Sampai di terminal saya tinggal mencari bus yang akan membawa saya ke Malang. Beruntung saya sudah membeli tiket sehari sebelumnya, karena hari itu terlihat banyak calon penumpang yang tidak mendapat bus atau mendapat bus tapi dengan harga tiket yang lumayan mahal.
Jam 7 malam bus mulai bergerak meninggalkan terminal, lega rasanya...selama beberapa hari saya akan meninggalkan Bali dengan segala hiruk pikuknya....
Perjalanan Denpasar - Malang biasanya bisa di tempuh selama 10 jam, tapi karena  musim liburan jadi agak macet di pelabuhan di tambah terjadi kecelakaan di Situbondo yang mengakibatkan kemacetan yang lumayan panjang. 
Sampai di terminal Arjosari - Malang sekitar jam 8.30 pagi. Sempat ketar- ketir juga sih, karena menurut jadwal, saya harus tiba di meeting point di Stasiun Kota Baru jam 9 pagi.Turun dari bus saya langsung nyari angkot untuk menuju stasiun Kota Baru yang ternyata harus nunggu di pinggir jalan di luar terminal. Akhirnya saya tiba di stasiun Kota Baru dengan selamat dan tidak terlambat :).
Untuk trip ke Bromo ini saya bergabung dengan salah satu tour organizer di kota Malang. Alasannya sih simple...biar ga ruwet dan lebih ekonomis. Karena setelah saya googling, untuk solo traveling ke Bromo lumayan ribet karena harus nyewa jeep yang cukup mahal. Iya kalo beruntung bisa ketemu traveler lain yang bisa diajak sharing cost, kalo ngga kan jadi pusing kalo harus nyewa jeep sendirian....Ya sudahlah milih yang aman saja..lagian biaya untuk trip bromo ini lumayan murah kok.
Setelah berkenalan dengan panitia dan beberapa peserta lain sayapun dapat jatah nasi kotak yang menurut saya enak banget. Entah rasanya memang enak atau karena lapar...ngga tau lah.. yang pasti dalam beberapa menit isi kotak sudah berpindah dengan sukses ke perut saya....nikmat rasanya, sarapan ayam bakar, tempe bacem , sambel plus lalapan di tengah sejuknya kota Malang di pagi hari...
Setelah semua peserta trip berkumpul ( ternyata pesertanya banyak euy....50 orang lebih ) kita menuju ke depan balai kota malang untuk berfoto ria,sebagai bukti kalo kita pernah ke Malang. Gedung Balai Kota memang salah satu icon kota Malang, jadi sempatkan untuk berfoto di depannya kalo pas kalian ke Malang.


Akhirnya jam 11.30 trip yang sebenarnya di mulai. Dari Stasiun Kota Baru kita menuju ke homestay di desa Gubuk Klakah, sekitar 30 km dari kota Malang dengan naik "angkot", bener-bener trip ala backpacker... tapi seru juga:). Kurang lebih 45 menit kemudian kita sudah sampai di homestay, istirahat sebentar dan siap- siap ke air terjun Coban Pelangi.
Air terjun Coban Pelangi terletak di kecamatn Poncokusumo, ngga jauh dari homestay tempat kami menginap. Dari pintu masuk kita harus berjalan  sekitar 1,5 km untuk menuju lokasi air terjun dengan medan yang cukup menguras energi, hehehe...olah raga di siang bolong...
Setelah melewati jembatan bambu nampaklah air terjun setinggi kurang lebih 100 meter. Indah...dengan debit air yang cukup besar. Udara yang dingin dan rasa lelah setelah berjalan naik turun tadi membuat perut  mulai bernyanyi....tengok kanan kiri eh ketemu warung yang jual gorengan. Kayaknya enak nih...makan bakwan atau tempe goreng sambil ngopi...mak nyuss...
Ternyata harganya murah banget. Sepotong bakwan atau tempe goreng cuma Rp.500! 


Ok...perut sudah terisi, ayo kita lanjut ke destinasi selanjutnya....kebun apel :)
Dengan angkot, kami menuju ke kebun apel Gubuk Klakah. O ya, salah satu alasan kenapa saya bergabung dengan trip ini adalah dalam itinerary tour disebutkan ada acara petik apel. Memang dari dulu saya pengen sekali berkunjung ke perkebunan buah dan metik buah dari pohonnya langsung gara- gara saya kecanduan game farmville di facebook. Alhamdulillah,,,kesampaian juga, saya bisa metik apel beneran ngga cuma ngeklik mouse doang hehehe....
Sebelum masuk ke kebun kita di briefing sama mas-mas petugas di sana tentang "do" and "dont" pas berada di kebun. Tak lupa masing-masing di bekali satu kantong plastik...hayoooo untuk apa? tebak aja sendiri :) yang jelas yang punya kebun ga mau rugi dong..
Jeng..jeng...jeng...senangnya masuk ke kebun apel, kebetulan waktu itu buahnya lagi banyak dan cukup umur untuk di panen. Langsung  mata jelalatan nyari buah yang paling gede...petik langsung makan...hhmmm uenak tenan...manis-manis masem..seger.
Rasanya pengen makan terus, mumpung gratis hehehe...tapi 3 buah apel sudah cukup membuat perut saya kenyang, ya sudahlah... bantuin metik apel buat peserta lain yang mau beli untuk di bawa pulang.
Harga di sini cukup murah lho...cuma 10 ribu/kg. Saya sih ngga beli karena acara trip saya masih lama, males bawanya...
Dari kebun apel kami langsung balik ke homestay, makan malam terus ngobrol dengan peserta lain. Dan dengan penuh perjuangan akhirnya saya berhasil memaksa diri sendiri untuk mandi sebelum tidur ( bbbrrrr..........sumpah dingin banget ).....
Bersambung........................




Tuesday, July 16, 2013

Solo Traveling....Siapa takut ?

Ada sebagian orang yang masih ragu-ragu atau takut untuk traveling sendirian alias solo traveling. Apa sih enaknya jalan sendirian? Bagaimana kalau ada apa-apa di jalan? Ngga takut ya?
Itu adalah sebagian pertanyaaan yang sering saya dengar dari teman-teman saya setelah mereka tau kalau saya sering traveling sendirian.
Ngapain harus ragu- ragu atau takut? Asalkan kita mempunyai dana dan informasi yang cukup, saya rasa everything gonna be alright....
Bagi saya sih ngga masalah mau solo traveling atau traveling rame-rame, enjoy aja...( emang dasar saya suka ngelayap :) ).

Memang ada enak dan ngga enaknya traveling sendirian vs traveling rame-rame.
Enaknya  kalau solo traveling kita lebih fleksibel dalam hal itinerary, bisa kemana aja, mau ngapain aja, semua kita yang mengatur.
Selain itu solo traveling akan memaksa kita untuk lebih bersosialisasi selama perjalanan. Mau ngga mau kita harus ngomong dengan orang lain kan? ( ya iya lah....masa mau diem terus ngga ngomong -ngomong). Ngobrol dengan sesama traveler atau  penduduk lokal akan banyak memberi manfaat bagi perjalanan kita nantinya, minimal kita mendapat tambahan informasi atau syukur-syukur bisa nebeng or nginep gratis :)
Ngga enaknya kita harus selalu minta tolong orang lain untuk moto'in kalau pas pengen narsis hehehe....tapi ini bisa di akalin dengan menggunakan tripod seperti yang biasa saya lakukan. Biasanya saya selalu bawa tripod, set self timer sampe minimal 3x shot, terus lari ke depan kamera dan siap bergaya....klik...klik..klik...jadi deh foto narsis..:)
Kalau ngga punya tripod atau malu minta foto'in terus,...coba deh lihat sekeliling, ada ngga tempat yang bisa di pakai untuk naruh kamera ....bisa meja atau kursi ngganggur, pager atau tempat sampah  ( Saya pernah lho nyeret-nyeret tempat sampah karena pengen bikin foto rame-rame tapi ngga ada yang mau moto'in hehehe...)
Susahnya lagi kalo traveling sendirian itu kalo pas mau ke toilet...ga ada yang jagain tas ...hiks... 

Nah kalo traveling rame-rame kayaknya seru, ada temen ngobral, ada yang jagain tas pas kita mau ke toilet, bisa gantian moto dll (  itu kalau traveling sama temen yang sealiran...:) ). Trus kalau traveling sama orang yang ngga sealiran gimana dong? Ya bayangain aja sendiri....ribet dan sebelnya....

Jadi intinya bagi saya traveling itu selalu menyenangkan, mau solo traveling atau traveling rame- rame tinggal menyesuaikan dengan suasana hati.

Monday, July 15, 2013

Belajar menulis


Saya lagi belajar menulis, maksudnya bukan belajar menulis karena saya buta huruf..tapi belajar bikin tulisan yang minimal bisa saya baca sendiri, syukur-syukur kalau bisa di baca oleh orang lain :)
Tapi saya masih bingung apakah blog saya ini akan saya isi dengan tulisan yang spesifik atau tulisan campur aduk. Sebagai langkah awal dan proses belajar menulis maka saya akan menulis apa saja yang ingin saya tulis. Semoga dengan berjalannya waktu dan semakin seringnya saya menulis maka tulisan saya bisa semakin baik dan bisa di mengerti oleh orang lain.

Mungkin tulisan saya nantinya kebanyakan adalah soal traveling, karena saya suka banget keluyuran sambil motret.Kalau diingat-ingat banyak juga tempat-tempat yang sudah saya datangi. Entah itu traveling sendiri atau dengan teman. Dan selama ini saya belum pernah membuat catper, jadi kalau ada orang yang nanya informasi tentang tempat yang pernah saya kunjungi,kebanyakan jawabannya adalah " lupa". Ga keren kan? Bahkan kadang saya jengkel pada diri sendiri karena saya ngga bisa mengingat sesuatu yang pengen saya inget pas berada di suatu tempat.

Saya berniat untuk menulis catper mulai sekarang, jadi kalo saya pengen bernostalgia, saya tinggal baca tulisan saya sendiri hehehe....
Eeiittss....bukan itu saja, ada lagi tujuan lainnya.
Selama ini sebelum traveling saya selalu mencari informasi dari google dan dari blog orang-orang yang sudah pernah berkunjung ke tempat yang akan saya kunjungi. Jadi saya berharap nantinya tulisan saya akan jadi sumber informasi dan inspirasi bagi orang lain. Kalo kata orang bule sih  " take n give ".