Tuesday, July 30, 2013

Dieng...Negeri di Awan - Part 3

Menginap di desa tertinggi di pulau Jawa ternyata membuat saya sukses menggigil kedinginan  sepanjang malam, meskipun sudah memakai  kaus kaki, jaket, selimut tebal plus bed cover, tetap saja udara dingin masih terasa. Jadi pagi ini saya bisa bangun dengan mudah karena memang tidur saya tidak nyenyak. Kami bersiap untuk melihat sunrise di bukit Sikunir.
Saya membayangkan akan meyaksikan salah satu sunrise terindah seperti yang pernah saya lihat di foto. Karena kami menginap di desa Sembungan maka kami hanya perlu 10 menit untuk menuju tempat parkir sebelum mendaki ke Sikunir. Dari tempat parkir di perlukan sekitar 30 menit untuk sampai ke puncak. Treknya tidak sulit, hanya perlu sedikit perjuangan untuk mendaki. Ada dua view point untuk menyaksikan sunrise, view point atas dan view point bawah. Kami langsung menuju view point atas dengan menerobos semak-semak yang basah karena hujan tadi malam.


Ternyata view point atas tertutup kabut yang cukup tebal, tapi saya masih berharap kabut akan segera hilang dan matahari akan muncul dari balik gunung. Cuaca memang tidak bisa di tebak, gerimis datang menambah tipisnya  harapan untuk melihat sunrise. Jam 7 pagi kabut masih belum hilang, ah...matahari pasti sudah terbit dan hari ini saya belum bisa menyaksikan keindahannya dari bukit Sikunir :(. Kami pun memutuskan untuk turun, singgah sejenak di view point bawah. Dibandingkan dengan view point atas, saya lebih menyukai tempat ini, terasa " lebih hidup " dengan adanya pepohonan ,berbeda dengan view point atas yang nampak gundul, hanya tersisa satu pohon kecil yang tinggal rantingnya doang...

 Disini pemandangan cukup indah, cukuplah mengobati kekecewaan karena gagal melihat sunrise. Setelah puas berfoto kamipun turun menuju telaga Cebong. Saat turun saya mendengar suara musik yang semakin lama semakin jelas, seperti perpaduan dari beberapa alat musik tradisional. Ternyata di bawah sana ada sekelompok seniman yang sedang memainkan kesenian thek-thek yang merupakan perpaduan dari calung, seruling , kecrek dan tambur. Dengan pakaian ngejreng mereka bernyanyi dan berjoget. Wah kayaknya asik juga, sayapun ikut berjoget bersama mereka...lumayan untuk mengurangi rasa dingin hehehe...tarrriikkk mang.... :d


Maksud hati ingin terus berjoget, tapi kami harus meneruskan perjalanan, maka kamipun turun ke telaga Cebong, ngopi, makan beberapa gorengan dan tak lupa mencicipi sup buah carica ..hhmm terasa nikmat di tengah udara dingin. Carica adalah buah yang bentuknya mirip dengan pepaya tapi berukuran lebih kecil, sering juga di sebut pepaya gunung. Tumbuhan ini hanya bisa tumbuh di dataran tinggi, dan konon hanya bisa di temui di dataran tinggi Dieng dan dataran tinggi di Brazil. Di Dieng buah ini di olah menjadi manisan, sirup dan selai.


Jam 11 pagi kami meninggalkan desa Sembungan menuju Dieng Plateau Theater.
Dieng Plateau Theater yang lebih sering disingkat DPT adalah teater mini berkapasitas 100 orang. Disini kita bisa menyaksikan film dokumenter tentang Dataran Tinggi Dieng dengan durasi sekitar 23 menit. Dari gedung DPT kami menyusuri jalan setapak melewati para penjual makanan dan minuman menuju ke view point untuk melihat  telaga Warna dan telaga Pengilon dari ketinggian. Dari tempat ini kita bisa melihat keduanya dengan jelas. Dua telaga yang berdampingan yang di kelilingi pohon- pohon rimbun dengan latar belakang bukit- bukit hijau, indah memanjakan mata.



Ternyata dari kawasan DPT kita bisa langsung menuju ke telaga Warna melalui jalan setapak di belakang gedung.Tidak sampai 10 menit kamipun tiba di telaga Warna. Di namai telaga Warna karena sering memunculkan nuansa warna merah, hijau, biru, putih, dan lembayung ( dari Wikipedia ). Disini saya juga sempat mencoba Flying Fox. Asik juga bergelantungan meluncur di atas danau. Tapi pas saya meluncur, entah kenapa kok saya jadi menghadap ke belakang ya? :t ...ah gak keren..pasti ada yang salah. Sayapun mencoba sekali lagi dan kali ini saya bisa meluncur dengan sukses dan menghadap ke depan!


Dari telaga Warna kami melanjutkan perjalanan ke kawah Sikidang. Sebenarnya banyak kawah lainnya di kawasan Dieng yaitu, Kawah Candradimuka, Kawah Sibanteng, Kawah Siglagah, Kawah Sikendang, Kawah Sileri, Kawah Sinila dan Kawah Timbang. Tapi dari sekian banyak kawah,Sikidang lah yang paling menarik dan aman untuk di kunjungi.
Bau khas belerang segera tercium begitu kita memasuki kawasan ini. Saya memilih melihat kawah dari kejauhan, cuaca yang panas membuat saya enggan untuk berjalan menuju kawah. Cukuplah saya berfoto di atas kuda dengan latar belakang kawah Sikidang :)


Sekitar jam 2 kami meninggalkan kawah Sikidang, singgah di Simpang Dieng untuk mengisi perut yang sudah mulai bernyanyi. Sepiring nasi goreng jamur dan  teh manis hangat menjadi menu makan siang saya :)
Selesai makan kamipun meluncur kembali ke Wonosobo. Sekali lagi saya di suguhi pemandangan indah. Dalam perjalanan pulang kami singgah di pemandian air panas Kalianget. Di pemandian ini terdapat beberapa kamar mandi yang disewakan per 15 menit  dengan bath tub besar dan pancuran air di dalamnya. Nikmat sekali rasanya berendam dalam air hangat setelah perjalanan yang cukup melelahkan. Rasanya masih ingin berendam lebih lama tetapi kami harus bergegas kembali ke Wonosobo karena travel ke Yogyakarta akan berangkat jam 5 sore.
Kami pun berpisah di Wonosobo, saya akan kembali ke Yogyakarta sebelum melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya. Bye Dieng...hope can see you again...


Note:
  •  Selama di Dieng kami sharing cost, sekitar 300 rb an/orang untuk semua biaya.
  • Untuk koleksi foto Dieng silahkan berkunjung ke https://www.facebook.com/siti.munawaroh.545/media_set?set=a.10200291136990837.2192545.1526066208&type=3


No comments:

Post a Comment

Thanks for visiting my blog :)