Hari kedua di Pangandaran :
Jam sepuluh pagi saya sudah di jemput oleh Kang Jamil di penginapan. Dia adalah tukang becak yang mengantar saya mencari penginapan kemarin. Hari ini dia beralih profesi menjadi tukang ojek yang siap mengantar saya ke beberapa obyek wisata sekitar Pangandaran.Saya pikir menggunakan jasa ojek lebih efisien daripada harus naik angkutan umum karena akan lebih cepat sampai ke tempat tujuan.
Saya langsung check out dari penginapan karena saya berencana langsung ke Wonosobo nanti sore. Setelah menitipkan backpack di warung langganan Kang Jamil kamipun meluncur ke tujuan pertama yaitu Citumang atau Green Valley. Tempat ini berjarak sekitar 15 km dari Pangandaran, melewati jalan- jalan pedesaan dan beberapa ratus meter sebelum lokasi kami disambut oleh jalan berbatu karena masih dalam proses perbaikan, membuat badan saya terpental -pental diboncengan motor.
Karena kang Jamil sering membawa wisatawan ke sini makanya saya tidak perlu membayar tiket masuk sebesar 10 ribu rupiah, lumayan :). Atraksi utama di tempat ini adalah sungai Citumang yang bisa di jadikan tempat untuk body rafting, berendam atau mau loncat indah juga bisa :D
Ada juga beberapa gazebo dan camping ground bagi yang ingin bermalam.
Ada juga beberapa gazebo dan camping ground bagi yang ingin bermalam.
Airnya bening tapi terlihat seperti berwarna hijau toska, terasa dingin ketika saya coba nyemplungin kaki. Saya juga mencoba body rafting selama 1 jam lebih. Dengan di temani seorang pemandu saya mulai berenang menyusuri sungai Citumang, di awali dengan berenang gelap - gelapan di bagian sungai yang terletak di dalam sebuah gua setinggi 5 meter, kemudian melewati air terjun mini. Di sini kita bisa melompat karena sungai di bawah air terjun ini cukup dalam. Saya sempat ragu- ragu tapi akhirnya saya melompat juga, byurrr.....suegerr.... ternyata asik juga :D ,lompat lagi ahhh.....
Yang agak serem adalah ketika saya harus melewati bagian sungai yang cukup lebar dan dalam menuju ke bendungan tempat berakhirnya body rafting. Saya menbayangkan ketika saya berada di tengah- tengah trus tiba- tiba ada buaya, hiiiia....takut. Setelah diyakinkan oleh Aa' pemandu kalo disitu ngga ada buaya , barulah saya mau melewati bagian itu....lumayan jauh dan capek meskipun saya berenang memakai jaket pelampung.
Setelah beristirahat sebentar , kami melanjutkan perjalanan ke Green Canyon yang terletak di kecamatan Cijulang kabupaten Ciamis, sekitar 31 km dari Pangandaran.
Pengunjung hari ini cukup ramai tapi saya perhatikan kok ngga ada yang datang sendiri alias solo traveler ya? Rata - rata mereka datang berombongan. Padahal untuk menuju lokasi tebing kita harus menyewa perahu seharga 125 ribu yang bisa di isi 5 orang. Hiks....kalo ketemu sesama solo traveler kan bisa sharing cost buat nyewa perahu. Bagi yang ingin mencoba body rafting saya sarankan untuk datang berombongan karena harga di hitung perpaket minimal 5 orang. Saya naik perahu saja lah, lagian saya sudah mencoba body rafting di Green Valley tadi. Rasanya ngga afdol kalo saya harus nyewa perahu untuk di pakai sendiri, maka mulailah saya mencari mangsa eh ..mencari tumpangan maksudnya. Nah itu dia dapat! Ada seorang bapak dengan dua anak perempuannya yang imut- imut sedang membeli tiket perahu. Mudah - mudahan mereka cukup baik hati untuk mengijinkan saya bergabung.
- " Permisi Pak, boleh saya ikut perahu Bapak? Saya cuma datang sendirian "
- " Ya, silahkan, kami hanya bertiga, kan perahunya bisa di isi 5 orang "
Horee....berhasil...berhasil :c
Tidak perlu berebutan untuk naik perahu karena perahu yang tersedia cukup banyak, kita tinggal mengantri sebentar saja sampai nomor tiket di panggil. Mulailah kami berperahu menyusuri sungai Cijulang yang cukup besar dengan pepohonan rimbun di kiri kanannya. Sama seperti di Citumang, air sungainya pun berwarna hijau toska. Sekitar 20 menit kemudian kami mulai memasuki mulut Green Canyon. Mulailah terlihat air yang menetes dari tebing dan dari celah -celah stalagtit. Perahu hanya bisa mengantar sampai di sini, dan nampaklah tebing -tebing tinggi yang mengapit aliran sungai di depan. Pemandangan yang cukup eksotis dan kelihatan sangat seger kalau berendam disitu, tapi saya sedang tidak ingin berenang, jadi saya hanya mengambil beberapa foto. Kemudian kami pun berperahu kembali menuju ke dermaga yang sama dengan waktu berangkat tadi.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak dan dua anaknya tadi, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian karena sudah berbaik hati kepada saya :)
Bersama Kang Jamil saya melanjutkan perjalanan ke Pantai Batu Karas tapi pas sampai disana kok pantainya biasa saja ( maaf mungkin karena saya sering melihat beberapa pantai di Bali dan Nusa Tenggara maka pantai ini terlihat biasa - biasa saja ). Saya pun memutuskan untuk kembali ke Pangandaran saja, lagian badan saya sudah terasa capek. Dalam perjalanan pulang kami melewati sebuah jembatan gantung yang terbuat dari bambu yang hanya bisa di lewati satu sepeda motor, sempat membuat jantung dag dig dug karena jembatan akan bergoyang saat dilewati :)
Sampai di Pangandaran sudah sore, saya numpang mandi di tempat saya menitipkan backpack tadi, makan dan istirahat sebentar. Selepas magrib saya di antar ke terminal oleh Kang Jamil. Tapi kok terminalnya sudah sepi, tidak ada satu pun bus jurusan ke Banjar. Hanya ada satu bus jurusan Jakarta yang sudah kelihatan penuh dan tidak mau menaikkan penumpang yang hanya akan turun di terminal Banjar. Boleh naik tapi harus membayar ongkos yang sama dengan ongkos sampai ke Jakarta....konyol...
Setelah cukup lama menunggu dan tidak ada bus lain yang datang, akhirnya saya putuskan untuk menginap semalam lagi di Pangandaran. Saya minta Kang Jamil untuk mengantar saya mencari penginapan yang paling murah karena malam ini saya cuma numpang tidur dan besok pagi- pagi sekali sudah harus check out.
Hampir semua pemilik penginapan yang kami datangi masih jual mahal. Mereka tidak mau menurunkan harga meskipun hari sudah malam dan kemungkinan mendapat tamu sudah sangat tipis. Kalau menurut saya lebih baik kamar disewakan meskipun harus menurunkan harga daripada dibiarkan kosong dan tidak menghasilkan uang..Entahlah...mungkin cara berfikir saya beda dengan mereka. Ada lagi pemilik penginapan yang cuek dan acuh ketika saya menanyakan kamar kosong. Dia sempat nanya mau berapa lama saya menginap, saya bilang hanya malam ini saja. Masa dia bilang gini, " O.. cuma satu malam, biasanya yang menginap disini minimal 2 hari....kalau cuma sehari saya capek bersihin kamarnya...Lho kok? setelah saya perhatikan ternyata banyak backpacker bule yang menginap disana dan kelihatannya dia cukup ramah pada mereka...tapi kenapa kok ya ngga bisa ramah sama backpacker lokal. Apa bedanya coba...mereka bayar pakai duit saya juga bisa bayar pakai duit...bukannya saya mau bayar pakai daun :f
Akhirnya saya kembali ke tempat saya menginap kemarin malam, Pondok Alini. Untunglah masih ada kamar kosong dan pemilik penginapan masih menyambut saya dengan ramah...